Jujur, saya aslinya cukup
suka dengan partai islam yang satu ini. Kader-kadernya pun terlihat
berwawasan agama luas, ramah, dan rendah hati. Tapi, ups, itu dulu.
Sekarang, saya jadi ‘capek’ juga. Entah saya masih objektif atau sudah
subyektif, tapi berdasarkan apa yang saya indra, oh, mereka,
kader-kadernya dan atau e
mm yah okelah simpatisannya, lama-lama
mengesalkan juga.
grosir tas |
Singkat
cerita, salah satu teman saya yang merupakan salah satu anggota rohis
(tau kan, rohis di mana-mana biasanya digawangi partai islam itu)
tiba-tiba menunjukkan kekecewaannya pasca membuktikan sendiri bahwa
ternyata semua parpol itu sama saja. Partai yang tadinya ia percaya
tidak akan melakukan hal-hal hina semacam serangan fajar, eh ternyata
melakukan juga. Akhirnya, ia posting dalam akun sosmed nya, kurang lebih
isinya begini, “semua parpol PREKETEK”, dalam statusnya, ia kemudian
membuka blak-blakan apa yang baru saja ia buktikan sendiri. Lalu, salah
satu kader partai islam itu memberikan komentar di statusnya, “mau
coblos partai yang sempurna? Boleh, tuh, malaikan disuruh bikin partai J” Halooooooo, yakaliii
semua orang juga udah tahu kalau di dunia ini tidak ada yang sempurna.
Tapi apa pantas kita merespon dengan kata-kata seperti itu? Untuk apa
ada kewajiban mengingatkan satu sama lain kalau toh setelah diingatkan
hanya merespon dengan mengatakan “tidak ada yang sempurna”. Lantas
setelah berkata begitu, apa kelar semua masalah? Apa kemudian kenyataan
bahwa di dunia ini tidak ada yang sempurna bisa menjadi pembenaran atas
setiap kesalahan yang dilakukan? Tentu tidak semudah itu. Bereskan dulu
apa yang sudah kamu perbuat. Akui, dan minta maaf. Berjanji untuk tidak
mengulangi. Nah, yang begitu baru sip. Jangan jadi abal-abal please.
Mohon maaf, saya di sini sama sekali tidak ada niat menjelek-jelekkan,
hanya saya sudah tidak tahan dengan sikap semacam itu karena sudah
beberapa kali saya mendapati respon semacam itu. Ditambah lagi, tuh
kader-kader kalau mengampanyekan partainya, selalu memuji partainya
dengan kalimat semacam, “partai yang paling sedikit korupsinya”. Eeeh,
ngaku ya kalau partainya korupsi? Dan lagi, saya harus bilang, yakaliiiiii
udah tahu partainya korupsi terus gue disuruh tetep milih. Di sini,
saya merasa para kadernya sudah mulai menutup mata. Kefanatikan atas
partainya telah membuat mereka sulit mengakui kesalahan. Tidak hanya
itu, saya lihat teman saya yang juga simpatisan partai tersebut kok
kuliahnya berantakan, banyak nilai yang masih kosong. Kuliah sering
bolos. Nggak ngerti pelajaran. Duh, kacau. Saya aslinya suka kalian.
Tapi tolong, jangan cuma mengedepankan partai. Jangan cuma mengutamakan
posisi. Sadari segala sesuatu yang perlu disadari. Senantiasa
memperbaiki diri dan memantaskan diri yaa supaya kalian dipercaya
masyarakat J
Sekali lagi, saya hanya mengingatkan.